imgsource: http://purwoudiutomo.com |
Liburan kemana aja?
Ah, euforia liburan
memang luar biasa. Sanggup membawa pertanyaan yang epik itu tiap tahunnya.
Mungkin beberapa
orang memilih untuk menikmati buaian sejuknya hawa pedesaan. Yang lainnya
memilih menikmati hangatnya pasir pantai yang menggelitik. Beberapa yang lain
barangkali pergi ke tempat yang jarang diketahui orang banyak.
Bagaimana denganku
sendiri?
Aku memilih untuk
mendaki sebuah gunung yang tengah bergejolak. Ini bukanlah kali yang pertama,
sudah berkali-kali ku jejakkan kaki kesini. Dahulu, gunung yang cantik ini
memberikan udara yang sejuk, oksigen yang cukup bahkan berlebih bagiku untuk
bernafas. Sayang sekali, saat-saat indah itu tidak berlangsung lama.
Entah mengapa, aku
tetap mengunjungi gunung itu, meski semakin lama frekuensinya semakin kurang. Dari
tiap minggu, jadi tiap bulan, hingga tiap tahun.
Sebenarnya tempat
itu tidaklah menyenangkan untuk dikunjungi lagi. Paru-paruku sebenarnya telah
sesak terlalu lama menghirup awan tebal disana. Tapi ada sesuatu yang menarik
hatiku untuk kesana.
Di puncak gunung
nan elok itu bersemayam tiga bongkah emas yang tak ternilai. Sebenarnya emas-emas
itu pernah berada di dekatku. Tapi entah kenapa ‘mereka’ bisa berjalan sendiri
sampai sejauh itu. Dan sampai saat ini, aku hanya baru berhasil membawa satu
bongkah emas.
Karena emas itu,
tingginya gunung dan pekatnya awan tebal terindahkan oleh tubuhku yang rapuh
ini.
Selama kurang dari
satu bulan aku bertahan disana. Sebenarnya masih tidak mau untuk beranjak, but I
have to. Ini bukan tempatku. Meski berat, akhirnya kuucapkan selamat tinggal
pada kedua emas itu, dan kepada sang gunung.
I’ll be back someday.
Ya, aku akan kembali, tapi tidak dengan tangan kosong. Aku akan pergi membawa
kedua bongkah emas itu. Membawanya kembali ke sisiku. Kasihan mereka, awan
pekat disana semakin pekat saja. Tunggu daku, wahai emasku.
For my precious
gold. Actually you are nothing compared to gold or anything shining in this
world. You are the reason why I live.