Kurang lebih dua hari ini, dua ekor anak kucing muncul di indekos saya. Kedua anak kucing itu saya sebut si Oranye dan si Belang. Si Oranye bertubuh agak kurus. Ia memiliki mata berwarna hijau, bulu berwarna oranye keemasan dengan garis-garis kecoklatan. Si Belang memiliki kombinasi warna putih dan hitam pada bulunya. Matanya berwarna hijau pudar. Mereka menampakkan diri tiap mendengar percikan minyak goreng yang dipanaskan di dapur.
Kucing yang
pertama kali muncul adalah si Oranye. Saya menemukannya saat ia sedang berjemur
damai di bawah bayangan sebuah sepeda motor. Karena saya adalah penggemar
kucing, saya mengambil foto si Oranye beberapa kali. Awalnya dia agak terganggu
dan marah. Namun lama-lama ia terbiasa saja dengan tingkah konyol saya yang
bolak-balik mengitarinya. Foto terbaik si Oranye pun saya pajang pada beberapa
akun media sosial.
Esoknya, seekor
kucing lain muncul. Si Belang. Awalnya ia mengawasi pelan-pelan dari balik
pintu dapur. Namun melihat si Oranye yang lincah saja bermain di dekat saya,
perlahan ia mendekat dan ikut memandori.
Saya merasa Si Oranye
lengkap dengan si Belang datang karena mendengar suara minyak goreng mendidih
yang sangat ribut, yang agak lebih keras dari biasanya. Waktu itu saya membuat
tahu isi goreng. Tepung yang dicairkan tersebut itulah yang menyebabkan
kerasnya suara minyak yang mendidih.
Inilah kali kedua
si Oranye memandori saya di dapur. Saya mengambil sepotong kecil tahu dan
melemparkannya kepada si Oranye dan juga saudaranya, si Belang. Sayang, si
Belang tampaknya tak menyukai tahu. Ia hanya mengendus potongan tahu itu
sebentar lalu pergi mengendus yang lain. Sepertinya melihat si Belang yang tak
bernafsu, si Oranye juga bertingkah ogah-ogahan. Padahal kemarin ia memakan
potongan tahu yang kuberikan. Mungkin dia bosan.
***
Ah, ternyata
mereka tidak bosan kok. Dan hari ini juga hari keberuntungan mereka. Kenapa?
Karena menu hari ini adalah ikan goreng balado. Mereka telah hadir di dapur
bahkan sebelum minyak yang mendidih berbunyi. Ya, mereka berlarian kegirangan
saat mencium aroma ikan yang sedang dibersihkan. Mereka mengeong bersahut-sahutan,
tak berhenti.
Si Oranye dan si
Belang tampak sangat tidak sabar untuk mencicipi ikan tersebut. Mereka tak
tenang, mereka bolak-balik berlari di dapur dan berputar-putar di kaki saya.
Malahan si Oranye melompat ke dekat
kompor dan ikut mengawasi saya mengupas bawang untuk sambalado.
Si Oranye memang
agak menganggu. Makanan yang sudah hampir jadi saya letakkan paling atas agar
tidak ia sambar. Ia bahkan juga mengendus cabai, sampah kulit bawang, apapun
yang terletak di atas meja. Sudah beberapa kali saya memindahkannya ke bawah,
tapi ia pasti naik lagi. Akhirnya saya biarkan saja si Oranye itu. Repot juga kalau
tiap kali memindahkannya harus mencuci tangan, mengingat ia pasti sudah bermain
dimana saja.
Kucing kecil
ternyata tak ubahnya seperti manusia kecil, serba penasaran. Sedari tadi ia
sudah tergila-gila dengan aroma ikan yang sedang diungkep di dalam kuali. Saya
masih mengawasinya dengan sudut mata. Ia pelan-pelan mengendap-endap mendekati
kuali, mungkin ingin langsung mencomot ikan yang tengah direbus itu, dan hap!
‘Tangan’ kecilnya pun menjangkau dan menyentuh tepian kuali.
***
Saya hanya bisa
melongo, antara kasihan dan menahan tawa. Si Oranye kontan menarik ‘tangannya’
dan melompat saking terkejutnya. Ternyata
tepian kuali itu panas, ya.
Akhirnya saya tak
bisa menahan tawa. Si Oranye jadi tak bersemangat lagi berada di dekat kompor.
Ia pun turun ke bawah dan kemudian bermain bersama si Belang yang lebih kalem
itu.
***
Dan saat-saat
yang dinanti si Oranye dan si Belang tiba. Saya mencampurkan ikan yang sudah
direbus dengan nasi putih. Porsi untuk mereka masing-masing pun saya lebihkan
bahkan dari porsi kucing dewasa.
Dan saya tidak
salah untuk porsi tersebut. Ternyata mereka makan sangat lahap sampai tidak
bersisa. Bahkan mereka masih menjilati lantai semen sisa nasi tersebut.
Ya, mereka memang
sangat lapar. Mereka bahkan tidak sabar menunggui saya mengaduk nasi dan ikan
rebus yang masih panas itu. Jadi selagi menunggu nasi dan ikan dingin untuk
bisa diaduk, saya menjatuhkan beberapa potong tulang yang lunak sebagai appetizer. Setelah makanan pembuka
tersebut habis, saya meletakkan nasi tersebut dua tempat, dengan porsi si
Oranye lebih banyak karena ia lebih kurus. Sembari makan, mereka mendengkur
senang.
***
Usai makan, si
Oranye dan si Belang yang sedari tadi heboh telah tenang. Mereka berbaring
malas di bawah pot tanaman sambil bercanda.
***
Melihat mereka
berbaring dan kekenyangan itu membuat saya bahagia. Kucing merupakan hewan
jinak maka ia dijadikan sebagai hewan peliharaan. Kucing juga kerap menunjukkan
tingkah-tingkah yang menggemaskan yang membuat ia menjadi hewan yang disayangi.
Pada beberapa artikel mengenai kucing,
dengkuran kucing yang befrekuensi 20-140 Hzmerupakan sebuah terapi tidur yang
baik. Manusia yang mendengar dengkuran kecilnya itu akan merasa nyaman sehingga
tidur mendengar dengkuran kucing membuat tidur menjadi lebih cepat dan lebih
nyenyak.
Namun saya heran
karena hewan lucu ini juga kerap kali ditemukan terlantar di jalanan. Banyak
juga yang tega menyiksanya dengan menyiram, menendang dan memukul hingga
beberapa kucing jalanan terlantar menjadi cacat, kulitnya terkelupas, bagian
tubuhnya rusak. Banyak juga kucing terlantar yang kehilangan kakinya, matanya
bahkan nyawanya.
Padahal manusia telah
dididik dalam pelajaran moral baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah untuk
menyayangi sesama, termasuk makhluk hidup lainnya seperti tanaman dan hewan.
Dalam agama yang saya anut, juga disebutkan perihal menyayangi sesama makhluk
hidup.
Dalam Al-Qur’an
shurah At-Thaahaa (20) ayat 49-55 terdapat sebuah kisah dimana Nabi Musa AS dan
Nabi Harun AS menghadap Raja Fir’aun yang menanyakan Tuhan mereka.
49. Berkata
Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?[924].
50. Musa berkata:
"Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk[925].
51. Berkata
Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"
52. Musa
menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah
kitab[926], Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula)
lupa;
53. Yang telah
menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di
bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
54. Makanlah dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
55. Dari bumi
(tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu
dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,
Maka manusia sebaiknya tidak
mengabaikan akal yang dimilikinya serta emosi yang salah satunya berupa rasa
kasih sayang. Yang mana akal dan emosi hanya dianugerahkan kepada manusia
sebagai pemuncak kingdom Animalia, kingdom tertinggi dengan kelas yang memiliki
struktur biologis paling kompleks.
Padang, 26 April 2016 pukul 24.50
0 comments:
Post a Comment