Anime yang satu ini tidak pernah
lepas dari saya sejak kecil, sejak SD dulu. Kenapa? Karena saya telah jatuh
hati dengan serial ini sejak pertama kali menatapnya di layar televisi. I don’t know why, its complicated plot really
captivated me.
Saya telah lama berhenti menonton
serial ini. Seingat saya, waktu itu pada masa-masa SD, anime ini menghilang
dari salah satu stasiun TV swasta dan digantikan oleh acara pertandingan tinju.
Cukup sedih memang, karena ceritanya terputus di tengah jalan dan saya
penasaran seperti apa kelanjutan ceritanya.
Untuk mengobati kerinduan saya
dengan serial ini, saya mengoleksi soundtrack nya sewaktu SMP dan
mendengarkannya berulang-ulang. Terkadang dengan teman-teman sesama pecinta
anime, kami bernostalgia membahas cerita bertemakan perang yang fenomenal itu. Menurut survei online oleh TV Asahi pada 2006, Inu Yasha menempati peringkat 20 dari 100 serial anime terbaik di Jepang.
Inu Yasha, atau lebih dikenal
dengan siluman anjing setengah manusia. Saya bertemu lagi dengan serial ini
pada tahun keempat di bangku perkuliahan. Saya mengoleksi serialnya hanya sampai
episode 105. Itupun beberapa episode zonk. Sebenarnya saya mencari-carinya
sampai episode terakhir, sayangnya karena kesibukan harian, saya tidak
mendapatkannya.
Karena tidak sabaran mengetahui
endingnya, saya memutuskan untuk mencari spoiler episode terakhir serial ini
alias The Final Act dari berbagai
sumber. Dan, voila! Malam ini saya
membaca sebuah artikel yang membahas karakter-karakter dari anime Inu Yasha.
Akhirnya ending serial yang telah membuat kepala saya penuh karena penasaran
terkuak.
Persis dengan harapan saya, anime
Inu Yasha berakhir dengan indah. Tapi fakta di belakang akhir yang bahagia ini
memang mengejutkan.
Dalam artikel yang saya baca itu,
disebutkan dalam opening theme The Final Act, sang karakter utama, Inu Yasha
dan Kagome telah terikat oleh benang merah, benang takdir. Kagome sendiri
merupakan reinkarnasi dari cinta pertama Inu Yasha lima puluh tahun lalu,
Kikyo.
Kikyo dan Inu Yasha yang saling
mencintai terpisah oleh maut selama lima puluh tahun. Kemudian Kagome sebagai
reinkarnasi Kikyo muncul. Akhirnya mereka ‘kembali’ ditakdirkan bersama. Jadi
Inu Yasha telah benar-benar bertemu dengan cinta sejatinya.
Kenapa bisa?
Saat Kikyo menemui ajalnya, ia
membakar bola kristal ajaib Shikon no Tama bersama jasadnya. Shikon no Tama
sejak pertama kali terbentuk telah menjadi rebutan para siluman dan manusia
yang memiliki niat jahat. Kikyo dan Shikon no Tama pun menghilang dari muka
bumi saat itu.
Namun perasaannya terhadap Inu Yasha masih hidup. Shikon no Tama yang merupakan bola ajaib mendengar perasaan Kikyo. Oleh kekuatan sakral Shikon no Tama, perasaan Kikyo yang masih hidup menjadi sebuah jiwa yang terlahir lima puluh tahun kemudian. Jiwa itu hidup pada seorang gadis yang menyerupai dirinya, Kagome.
Namun perasaannya terhadap Inu Yasha masih hidup. Shikon no Tama yang merupakan bola ajaib mendengar perasaan Kikyo. Oleh kekuatan sakral Shikon no Tama, perasaan Kikyo yang masih hidup menjadi sebuah jiwa yang terlahir lima puluh tahun kemudian. Jiwa itu hidup pada seorang gadis yang menyerupai dirinya, Kagome.
Kagome sendiri terlahir dengan
cahaya yang berkilauan. Cahaya itu berasal dari bola kristal Shikon no Tama
yang telah berada di dalam tubuh Kagome semenjak ia lahir.
Shikon no Tama pada tubuh Kagome awalnya berada pada mode tidur. Namun saat ia mendekati Sumur Pemakan Tulang di kuil tempat ia tinggal, Shikon no Tama menjadi aktif kembali dan menghidupkan siluman yang pernah mati di dalamnya. Siluman tersebut kemudian mengambil paksa Shikon no Tama dari tubuh Kagome. Akibatnya, Kagome terseret ke dalam Sumur Pemakan Tulang yang menghubungkan dua zaman, zaman modern dan zaman perang. Kemudian Kagome pun terdampar ke zaman perang.
Shikon no Tama pada tubuh Kagome awalnya berada pada mode tidur. Namun saat ia mendekati Sumur Pemakan Tulang di kuil tempat ia tinggal, Shikon no Tama menjadi aktif kembali dan menghidupkan siluman yang pernah mati di dalamnya. Siluman tersebut kemudian mengambil paksa Shikon no Tama dari tubuh Kagome. Akibatnya, Kagome terseret ke dalam Sumur Pemakan Tulang yang menghubungkan dua zaman, zaman modern dan zaman perang. Kemudian Kagome pun terdampar ke zaman perang.
Kemudian, Inu Yasha yang tengah
tertidur ‘abadi’ selama lima puluh tahun di zaman perang terbangun akibat mencium baru darah
Kagome yang terluka. Bau darah dari reinkarnasi cinta pertamanya.
Begitulah awalnya mereka bertemu.
Tidak hanya sampai disitu, mereka juga tertakdir untuk berjuang bersama.
Berjuang untuk melenyapkan bola kristal ajaib Shikon no Tama yang diperebutkan
para siluman dan manusia yang berniat jahat. Selama perjuangan itulah mereka
jatuh cinta.
Dan saat Shikon no Tama akan
dilenyapkan, saat itulah Inu Yasha dan Kagome memutuskan untuk bersatu.
Akhir yang indah bukan?
Disini, saya sangat menyukai
karakter Kagome. Karakternya digambarkan sebagai seorang wanita berwajah cantik
dengan tubuh yang indah dan kulit yang mulus.
Seharusnya dengan paras seperti itu ia bisa hidup dengan bahagia tanpa bersusah payah berjuang di jaman Perang yang notabene bukan zamannya. Pada zamannya, zaman modern, ia bisa saja hidup dengan Hojou-kun. Hojou-kun merupakan pria idaman di SMP nya. Hojou-kun juga terang-terangan menyukai Kagome.
Seharusnya dengan paras seperti itu ia bisa hidup dengan bahagia tanpa bersusah payah berjuang di jaman Perang yang notabene bukan zamannya. Pada zamannya, zaman modern, ia bisa saja hidup dengan Hojou-kun. Hojou-kun merupakan pria idaman di SMP nya. Hojou-kun juga terang-terangan menyukai Kagome.
Tak seperti remaja-remaja yang
lainnya, Kagome sangat yakin dengan keputusannya. Ia tidak takut melawan arus,
hidup berbeda dari orang-orang normal. Meski sempat dipermalukan oleh
teman-temannya karena tidak pernah berkencan, ia tetap pada pendiriannya.
Ia tetap memilih untuk sendiri
dan berjuang bersama sahabat-sahabat di zaman perang yang berada pada dua ratus
tahun yang lalu. Hidup di zaman tersebut tidaklah mudah. Ia telah bertaruh
dengan maut hingga puluhan kali. Karena
ia adalah wanita yang kuat, ia mampu bertahan.
*Padang, 3 April 2016. Pukul 23.11
0 comments:
Post a Comment