Suatu ketika,
di sebuah negeri antah berantah yang kaya raya, dimana nyaris setiap
penduduknya sungguh makmur hingga perut mereka besar-besar dan buncit, hiduplah
seorang gadis sederhana dan keluarga kecilnya yang sangat jauh dari kesan yang
disimbolkan negeri tersebut.
Setiap orang
disana memiliki kediaman yang nyaman, besar dan dihiasi tanaman-tanaman hijau
yang menarik. Beberapa memelihara hewan ternak serta hewan peliharaan yang
lucu-lucu sebagai teman bermain. Saking makmurnya penduduk itu, mereka memiliki
semua kebutuhan hidup mereka dalam rumah masing-masing. Jika ingin sayur-mayur,
mereka memiliki lahan hijau luas yang bisa ditanami aneka tetumbuhan yang
mereka sukai. Jika ingin daging-dagingan mereka tinggal memotong hewan-hewan ternak.
Bahkan beberapa hewan ternak itu juga menghasilkan telur dan susu yang bergizi,
tidak hanya daging yang lezat tersebut.
Sang gadis
dan keluarga kecilnya itu bukan berarti tak pernah memiliki itu semua. Nyaris beberapa tahun lalu ia punya itu semua. Namun semuanya telah menguap. Rumah, ladang dan
hewan-hewan itu punya masa berlaku katanya. Hanya saja miliknya tandas lebih
cepat dibanding yang lainnya.
Negeri yang
ditinggali sang gadis memiliki banyak jenis perayaan. Tepat hari itu adalah
sebuah perayaan besar dimana setiap orang menikmati daging ternak dalam jumlah
besar. Pesta daging.
Sang gadis
dan keluarga kecilnya terkadang tidak merayakan Pesta Daging tersebut. Tampaknya
hari itu juga. Biasanya beberapa orang yang baik hati memberikan mereka beberapa
bungkus daging. Sayangnya hari itu orang-orang tersebut tidak tampak. Tapi ia tetap
memutuskan untuk ikut merayakan hari itu juga bersama keluarga kecilnya.
Sang gadis
melongo ke bungkusan kain tempat ia menyimpan koin-koin emas. Kain itu tidak
begitu berat, berarti koinnya itu tak cukup untuk membeli daging. Artinya ia
tak bisa ikut merayakan Pesta Daging. Ia memutar otaknya dan tetap berjalan tanpa
gentar ke toko.
Sesampainya
di toko, sang gadis tersenyum simpul. Ia dan keluarga kecilnya ternyata masih
bisa merayakan hari “Pesta Daging”. Ia membeli bahan-bahan dengan cepat dan
berlari riang ke kediamannya yang bahkan bukan miliknya sendiri. Ia menyewa
kediaman tersebut.
Ya, hari itu
sang gadis dan keluarga kecilnya akan Pesta Tepung. Sang gadis membeli adonan
tepung biasa serta yang telah dibentuk berulir-ulir dan keriting. Pertama ia
mengolah adonan tepung berulir-ulir tersebut. Ia menambahkan beberapa tumbuhan
yang berasal dari ladang, membuat masakan tersebut menjadi gurih dan pedas. Kemudian
adonan tepung yang kedua, ia juga mencampur dengan tumbuhan-tumbuhan ladang,
kali ini lebih banyak jenisnya. Adonan tersebut kemudian ia bentuk tipis namun
luas, kurang lebih sebesar telapak tangan. Lalu ia mencelupkan adonan tersebut ke
dalam lemak tumbuhan yang telah dipanasi terlebih dahulu. Masakan tersebut juga
gurih serta merekah. Juga lezat.
Sang gadis tersenyum
lagi. Hari itu mereka juga berpesta dengan riang. Ia dan keluarga kecilnya
menikmati kedua masakan tersebut hingga kekenyangan dan akhirnya tertidur
pulas.
(*)
0 comments:
Post a Comment